Catatan untuk seri #VakansiHariIni
Sebelumnya, Seri #MasaDepanKerja, kita telah mengeksplorasi kondisi kerja hari ini dari beragam sisi dan perspektif. Seri #MasaDepanKerja ini ialah upaya melihat kondisi kerja dengan perkembangan teknologi, keragaman gender, ketimpangan modal, kekuatan buruh, distribusi lintas wilayah dan kebijakan negara. Singkatnya, melihat pekerja sebagai manusia. Satu tarikan nafas dengan seri #MasaDepanKerja, seri #VakansiHariIni adalah upaya melihat pekerja sebagai “manusia seutuhnya”.
Kami percaya bahwa segala kedegilan yang hari ini dirasakan oleh kelas pekerja, bermuara dari kegagalan melihat pekerja sebagai manusia seutuhnya. Ekonomi pasar bebas memaksa pekerja sebagai statistik belaka, robot yang harus diperas. Hasilnya, hari-hari kita dipenuhi kesibukan, tuntutan, tekanan; beban kerja yang tiada henti—kita perlu ruang untuk jeda dan mengistirahatkan, baik fisik, spritual, maupun mental.
Pasar dan konglomerat di atas sana, tidak pernah mau tahu, bahwa selepas pukul 17.00 ada seorang muda yang murung merenungi hidup di kamar kost 2×3 meternya. Kamar yang bau, sebab fentilasi begitu mahal di kota ini. Kamar yang setiap dindingnya menyerap keluh kesah dan harapan yang tidak pernah sampai di meja para direktur, bos, konglomerat atau bahkan menteri ketenagakerjaan. Ke mana pekerja harus mengadukan nasibnya? Ke mana pekerja harus mengambil jeda? Pulang ke “dalam dirinya sendiri”. Hanya dengan “pulang” pada diri sendiri, merasai seluruh emosi, perasaan, dan harapan, pekerja bisa menjadi “utuh” kembali. Mengakui diri penuh keterbatasan, sekaligus berayun memeluk setiap perasaan: cinta, duka, sedih gembira.
Kami percaya, melalui sastra, pekerja bisa mengambil jeda. Mencipta ruang tenang dalam dirinya sendiri. Bahwa di balik segala kesibukan kantor, jargon-jargon tentang pertumbuhan ekonomi, revolusi digital maupun aksi-aksi tuntutan nasib pekerja; pekerja adalah manusia biasa. Bisa menangis, tertawa, murung, hilang harap, dan ceria. #VakansiHariIni hadir untuk mengakui dan melengkapi upaya melihat pekerja sebagai manusia seutuhnya.
Kami ingin menghadirkan salah satu fungsi sastra sebagai hiburan, tanpa harus tercerabut dari realitas sosial-politik yang melahirkan ekspresi sastra, Puisi, cerita pendek, dan novel ialah genre yang kami sajikan untuk para pekerja meliburkan dan menghibur diri di antara sesak-penat rutinitas kerja.
Kami percaya bahwa sastra mampu memantik kesadaran kritis. Mendorong perubahan. Kerap kali setiap rencana taktis, argumentatif, dan logis mampat mendorong perubahan, sebab tidak mampu mengetuk dalam lubuk hati terdalam manusia. Tidak ada emosi dan logika dan kalkulasi. Kami yakin perubahan sosial mampu didorong oleh segala yang non kalkulatif: emosi, imajinasi, dan ketulusan hati. Dalam fungsi menyentuh emosi dan melahirkan tindakan sosial itulah kami percaya sastra mengambil peran pentingnya.
Kami mengangankan bahwa selepas kita para pekerja pulang kerja, sastra akan mengisi energi kita. #VakansiHariIni sebagai jeda adalah upaya mempersiapkan para pekerja kembali ke hiruk-pikuk pekerjaan dengan jiwa dan perspektif baru.